Rabu, 01 Oktober 2014

Mahasiswi Ubaya bikin alas kaki berbahan gedebok (Kisah Inspiratif)

Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya) Mely Prasetyo, berhasil merancang alas kaki atau sandal berbahan olahan gedebok atau pelepah dan pohon pisang. Dikutip dari Antara, gadis kelahiran Surabaya 1991 silam itu menjelaskan, biasanya material alas kaki terbuat dari kayu, anyaman jerami, kain tenun, metal, kulit hewan, dan karet. "Karena itu saya mencoba merancang dengan bahan yang belum pernah ada," katanya di kampus setempat, Rabu.

Dia tertarik memanfaatkan gedebok bukan hanya karena belum pernah dipakai sandal. Lebih dari itu, bahan gedebok ini banyak ditemui di Surabaya, terutama di sepanjang jalan dari rumah menuju kampus. "Di Pasar Keputran juga banyak gedebok, saya sering melihat gedebok itu dibuang begitu saja. Karena itu saya berpikir memanfaatkan sebagai bahan membuat sandal khas Indonesia," kata gadis yang mengaku suka "fashion" itu.

Bungsu dari tiga bersaudara itu menjelaskan, hasil olahan gedebok yang sudah muncul di kalangan masyarakat adalah meja. "Pelepah pisang termasuk material ramah lingkungan, kuat, mudah dibentuk, ringan, mudah didaur ulang, dan aman," katanya.

Proses pengolahan pelepah pisang menjadi sandal ada lima tahap; pertama pelepah pisang dikupas, lalu dipotong dalam ukuran kecil sekitar satu centimeter. Selanjutnya potongan gedebok direbus selama 15 menit, lalu dikeringkan di udara terbuka, bukan dijemur di bawah terik matahari. Berikutnya proses pewarnaan dengan pewarna tekstil dalam air mendidih selama 30 menit hingga sehari. Terakhir proses finishing.

Caranya, pelepah pisang yang sudah kering, berwarna, dan berbentuk potongan kecil itu dilekatkan dengan lem pada alas kaki pada sepatu berbahan texon. Texon harus sudah dibentuk sesuai ukuran kaki. Untuk memperkuat, bagian pinggir pelepah pisang pada texon dijahit, lalu dipernis untuk mempercantik. "Tali pengikat atau bagian atas sandal juga dibuat dari potongan pelepah pisang, tetapi cara melekat dua pelepah pisang dengan posisi berlawanan agar tidak mudah rapuh," katanya.

Berapa harga produksi?"Kalau produksi sendiri seperti saya, harganya mahal bisa Rp 500 ribuan, padahal harga bahan baku cukup Rp 100 ribu, tetapi kalau diproduksi massal jauh lebih murah," katanya.

merdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan beri komentar