untuk Heni Fujianti
:Sajak Cintaku
Kuingat dulu, ketika kita sama-sama bertengkar
dan sama-sama benci, ketika
itu pula aku memiliki perasaan ini. Yang bangkit lagi
dalam ¼ gelas kopi bekas temanku,
yang kuminum ini.
Saat ini,dalam malam perenungan ini, aku
terjaga dari tidurku. Meski kantuk terus bergelanyut
dalam kelopak mataku.
Kutulis sajak ini dalam pahit kopi. Dan secangkir daging
mentah.
Yang nantinya kumasak bersama garam hati,
bersamamu, Sayang,
Sayang,
¼ gelas kopi ini mengandung rindu
yang dalam. Menyisakan pahit dalam lidah manis
ini.Yang manis pula
pada saat lidahku bertemu dengan lidahmu
nanti.
Teringatku, pada saatnya nanti. Aku duduk
di Masjid itu membacakan janji hidup bersama. Dan
menyulam rotan cinta bersama
¼ kopi manis bekas lidahmu.
Bandung, 08 Desember 2008
SUDUT HATI DALAM SEGITIGA
Aku hilang redam
Bercampur debu matahari
Jalanan. Pasir, kerikil dan juga sampah
Jalanan.
Hilang,
Sudah. Aku
Coba untuk memahami
Sudut sisi hatimu yang berada di
Hatiku.
Sehingga bau asamku
Tak lagi
Seharum bau kasturi
Deret demi deret
Hati dalam segitiga
Kini mengadu kepadaku
Cuma mengadu. Dan cukup mengadu.
Bandung, Desember 2008
Jumat, 20 Februari 2009
Home »
Puisi Sajak
» Puisi Zaenal Mutaqin
Puisi Zaenal Mutaqin
Related Posts:
Puisi Emha Ainum BajibDARI BENTANGAN LANGITDari bentangan langit yang semuIa, kemarau itu, datang kepadamuTumbuh perlahan. Berhembus amat panjangMenyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahanmenyapu hutan !Mengekal tanah berbongkahan !datang kepadamu… Read More
Sajak W.S. RendraSAJAK MATAHARIMatahari bangkit dari sanubariku.Menyentuh permukaan samodra raya.Matahari keluar dari mulutku,menjadi pelangi di cakrawala.Wajahmu keluar dari jidatku,wahai kamu, wanita miskin !kakimu terbenam di dalam lumpur.… Read More
JENJANGaku tak menutup pintu ketika kau melangkah tak menoleh lagi. kaubawa semua buaian tertinggal aku dalam kenangan. lalu ribu sepi hambur menusuk ranjang dan bimbang hanya potret buram saat kita berlarian merajut senja. tiada si… Read More
Puisi Chairil AnwarKRAWANG-BEKASIKami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasitidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,terbayang kami maju dan mendegap hati ?Kami bicara padamu dalam… Read More
Puisi Muhammad IrsyadCatatan DesemberAndai kau mengerti kerinduan pada matamuTelah mengajariku membacasetiap lelehan hujanMenulis di daun-daun jatuhJuga telah berkali menjatuhkankuPada lubang sumur yang dalamMeremukkan belulang menjadi serpihan h… Read More
puisinya bagus..
BalasHapusw baru baca puisi ini,
BalasHapusmakasih